Selasa, 02 Agustus 2011

Pemuda Pencinta Alam

Sudah banyak yang tahu, pemuda adalah sebagai generasi pelanjut yang kelak akan mewarisi kekayaan kebudayaan maupun roda pemerintahan suatu bangsa. Dan tak dapat di pungkiri pula bahwa, ditangan pemudalah generasi terdahulu telah menitipkan amanah yang teramat besar, yaitu alam yang kaya raya beserta kehidupan didalamnya. Sejenak merunut kebelakang, kekayaan alam yang melimpah ruah telah memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan dan peradaban manusia. sejarah manusia pun tidak dapat dipisahkan dari alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia berburu dan mengumpulkan makanan, alam adalah "rumah" mereka. Ilmu telah ada di alam dan Ilmu yang ditemukan oleh manusia dan menjadi pengetahuan bagi manusia agar dapat mengangkat derajat manusia dari sekedar (bentuk) manusia menjadi manusia yang utuh (hakiki). tantangan alam, tantangan kehidupan serta tantangan lingkungan sosial telah mengawali terciptanya kebudayaan dan ketika alam dan kebudayaan telah bersatu, sejak saat itulah sejarah pencinta alam pun dimulai.

Sejarah Pencinta Alam Indonesia

Di Indonesia sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu "Perkumpulan Pentjinta Alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan Hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci, terlepas dari 'sifat maniak'yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulan ini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi. "Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?."
Kemudian diera 60-an, pencinta alam pun telah merambah kampus sejak kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan dewan mahasiswa dan senat mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Adalah Soe Hok Gie yang mula-mula mencetuskan sebuah organisasi yang mewadahi mahasiswa yang tulus untuk membuang energi mudanya dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung. Organisasi ini pun dinamakan MAPALA yang merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil.

Masalah-Masalah yang mendasar


Kita tidak bisa lepas bahwa konteks pencinta alam yang sebenarnya adalah sebuah studi tentang keterikatan konsep ketuhanan, kemanusiaan, dan alam. Diurai dari unsur penyusun katanya, maka terdapat dua unsur kata yakni pencinta dan alam. Dari kata pencinta maka kita akan menemukan makna kedamaian yang diambil dari kata cinta. Maka pencinta alam harus senantiasa untuk menjaga tutur kata, prilaku, dan pola pikir dalam berinteraksi dengan kehidupan sosial. Sedangkan dari kata alam maka makna yang bisa kita petik yaitu kehidupan ataupun lingkungan tempat manusia berpijak. Untuk itu,pencinta alam harus senantiasa memberikan nuansa kedamaian dalam lingkungan sekitar.
Tetapi ironisnya, yang terjadi kemudian adalah banyak terjadi kekeliruan-kekeliruan dan bahkan melenceng dari konteks pencinta alam yang sebenarnya. Apa saja masalah yang paling mendasar?
Seringkali penggiat-penggiat pencinta alam dengan dalih menjaga kelestarian alam membutuhkan kader-kader yang handal dan tangguh lalu kemudian melaksanakan pendidikan dasar bagi calon anggota baru yang melenceng dari konsep pendidikan yang sebenarnya. Hal itulah yang kemudian melatar belakangi lahirnya arogansi dalam bertindak bagi anggota-anggota baru sebagai manusia yang bebas sehingga kekerasan menjadi ciri khas yang sulit dilepaskan dalam tubuh organisasi kepencintaalaman. doktrinisasi pun kerap mewarnai proses pengkaderan, padahal doktrinisasi bukanlah hal yang prioritas dalam membentuk kepribadian anggotanya.
Sebagaimana yang telah ketahui bahwa konsep pendidikan adalah bagaimana memanusiakan manusia. Jadi dengan sendirinya itu cukup menjelaskan bahwa pendidikan adalah bagaimana mengajarkan nilai-nilai manusia dan kemanusiaan. Tetapi yang terjadi sekarang adalah sekedar proses transfer ilmu dengan sedikit aktualisasi diri di dalamnya. Permasalahannya, apakah benar ilmu yang kita transfer adalah benar ilmu-ilmu yang mengandung nilai-nilai manusia dan kemanusiaan ? dan jelas konsekuensi yang mesti kita tanggung adalah terciptanya kader-kader pencinta alam yang jelas-jelas melenceng dari konsep pencinta alam yang sebenarnya.
Masalah yang kemudian timbul adalah mengapa sumber daya alam yang sangat banyak akan tetapi rakyat masih saja miskin?agama dan kearifan budaya sangat beragam akan tetapi etika dan moralitas bangsa sangat menyedihkan? pakar lingkungan sangat banyak akan tetapi kondisi alam dan lingkungan sangatlah menyedihkan? mengapa semakin banyak organisasi pencinta alam yang bermunculan akan tetapi Alam tempat beraktivitas semakin rusak? Solusi apa yang dapat diberikan?
Ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah dimanakah pencinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya yang bahkan tak jarang aktivitas tersebut berakhir dengan terjadinya tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak pun bukan hanya sebagai ajang hura-hura belaka. Dan tak salahlah suatu ungkapan, jika ingin mengubah dunia maka mulailah dengan memperbaiki cara berpikir. Potret buram pencinta alam haruslah segera berganti.

Adventure, Environment, Intelektual

Akhir-akhir ini dimana degradasi lingkungan dirasa semakin parah, maka peran pencinta alam sangat penting untuk membantu melestarikan lingkungan. Untuk melengkapi perannya sebagai pewaris yang kelak akan mewarisi kekayaan kebudayaan maupun roda pemerintahan suatu bangsa, sebagai pemegang amanah yang teramat besar, dan sebagai penjaga kelestarian serta keseimbangan lingkungan hidup, maka pencinta alam dituntut untuk mengupgrade ilmu dan pengetahuan dan minat serta niat yang tulus untuk selalu belajar, menambah pengetahuannya bukan hanya pengetahuan dalam hal-hal yang menyangkut tentang outdoor skill saja, tetapi juga harus ber-etika dan ber-intelektual. Seorang pencinta alam yang notabene juga adalah seorang Manusia yang memiliki akal dan insting, rasional dan instinctive, bebas dan memiliki tanggung jawab, perilakunya berkembang dan dinamis dituntut untuk selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Selain itu, seorang pencinta alam sebagai manusia yang rasionalis, analitik, kritis, universal, dan sistematis dituntut bukan hanya menguasai hutan belantara, tebing yang terjal, laut yang dalam, serta gunung yang tinggi saja tetapi juga haruslah paham dan menguasai medan kehidupan manusia sebenarnya yang dinamis dan penuh dengan tantangan. Dan untuk itu dibutuhkan sisi Intelektual untuk menjembatani dan melengkapi sisi environmental dengan sisi adventurer dalam pribadi seorang pencinta alam.
Pencinta alam sebagai organisasi intelektual dengan gerakan enviromentalisme bermental adventure yang berjuang keras dalam menjaga keseimbangan alam ini sebagai satu gerakan untuk masa depan akan lebih berarti tindakannya dengan komitment dan loyalitas yang tinggi dari anggotanya. Sebuah harapan untuk mengembalikan keseimbangan alam ini, perbedaan pola fikir dan arah gerak environment dengan adventurer dijembatani oleh sisi intelektualis para anggotanya yang merupakan spesialisasi dan menjadi ciri dari sosok pemuda yang memahami pentingnya menjaga, memelihara, melindung serta melestarikan alam Tanah Air tercinta ini dan melakukannya secara aman dan tertib.. bukanlah suatu kemustahilan ketiga sisi tersebut bersatu untuk masa depan lingkungan hidup Indonesia sehingga terciptanya lingkungan hidup yang seimbang, stabil dan bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan masa depan.
Dan mengutip pernyataan dari Sir John Ford, mantan Duta Besar Inggris Untuk Indonesia, “Sebuah Negara yang memiliki kaum muda yang mencintai alam yang gemar bertualang (mendaki gunung, mengarungi sungai, dll) tidak akan pernah kekurangan Pemimpin”.
Ayo Pemuda, sekarang waktunya berbenah (packing), puncak gunung sudah terlihat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar